Kamis, 24 Maret 2022

KH Kholil Majid (Mbah Mubin), Kiai Kampung Visioner dari Trenggalek, Buku Tentang Liku-Liku Berdakwah

Di Indonesia banyak kiai yang sangat berpengaruh dan berhasil membangun pendidikan baik pondok pesantren maupun sekolah formal. Cerita-cerita tentang karomah seorang kiai sudah bukan hal yang aneh di di kalangan santri. Namun tidak banyak yang menuliskan perjuangan para kiai tersebut yang kemudian dijadikan sebuah buku.
Nah, buku KH Kholid Majid (Mbah Mubin) Kiai Kampung Visioner dari Trenggalek yang diterbitkan oleh penerbit Edulitera Malang tahun 2021 ini barangkali salah satu contoh buku yang membahas tentang perjuangan seorang kiai. Di dalam buku yang ditulis oleh wartawan Jawa Pos Radar Malang Kholid Amrullah dan putra pertama Kiai Kholil yang bernama Gus Sunan Ali Asrori ini banyak cerita perjuangan dalam mendakwahkan syariat Islam.
Di buku ini tersaji cerita-cerita yang berasal dari para santri dan keluarga kiai. Yang mana banyak hal yang belum diketahui oleh masyarakat umum.

Berisi Cerita Sedih, Bahagia dan Jenaka


Buku berjudul “KH Kholil, (Mbah Mubin) Kiai Kampung yang Visioner dari Trenggalek” ini menceritakan masa-masa perjuangan para pendirinya. Yaitu Kiai Qomari dan adiknya KH Kholil Majid. Kedua beliau ini yang menjadi cikal bakal berkembangnya Pondok Pesantren Qomarul Hidayah di Desa Gondang Kecamatan Tugu Kabuapten Trenggalek Jawa Timur.

Ada banyak cerita sedih di awal berdirinya pondok ini. Pondok yang dibangun dengan darah dan air mata di era tahun 1960-an. Pada tahun 1966 kakak Kiai Kholil, yaitu Kiai Qomari meninggal setelah ditembak oleh aparat dalam sebuah tragedi Jumat Pon. Padahal waktu itu beliau sedang merintis pondok dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Konflik politik nasional di tahun 1965 turut mempengaruhi suasana dan perjalanan pendirian pondok di zaman itu.

Selepas meninggalnya Kiai Qomari, perjuangan dilanjutkan oleh sang adik, yaitu KH Kholil Majid hingga sekarang. Di bawah kendali KH Kholil Majid, Pondok Pesantren Qomarul Hidayah menjadi pondok pesantren yang pertama kali memiliki lembaga pendidikan formal mulai dari TK hingga tingkat SMA di Trenggalek. Karena adanya gabungan dua model pendidikan yaitu kurikulum pesantren salaf dan kurikulum Kemdikbud dan Kemenag, ini pondok ini terus berkembang hingga memiliki santri dan siswa yang berjumlah ribuan.

Kiai yang Tidak Tamat SD

Yang menarik, sosok KH Kholil Majid hanya mengenyam pendidikan formal hingga kelas 5 SD. Kemudian melanjutkan pendidikan diniyah ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri. Yang mana di sana waktu itu tidak ada lembaga pendidikan formalnya. Namun, ketika pulang dan mengembangkan pondok di Trenggalek, KH Kholil mampu mengembangkan pendidikan pondok pesantren sekaligus mendirikan lembaga pendidikan formal secara beriringan dan berhasil dengan baik.

Pada tahun 1960-an sampai 1990-an, masih belum banyak pondok pesantren yang memiliki lembaga pendidikan formal. Tetapi Qomarul Hidayah sudah memulainya. Bahkan Kiai Kholil juga memelopori berdirinya sebuah perguruan tinggi. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Sunan Giri, Trenggalek.

Karena kiprahnya yang sangat total di dunia pendidikan dan Nahdlatul Ulama (NU) itulah KH Kholil dikenal sebagai sosok kiai yang punya pemikiran modern meskipun beliau sendiri tidak tamat SD. Sosok yang begitu santun, ulet dan sangat disegani di Kabupaten Trenggalek.


Buku KH Kholil Majid Kiai Kampung Visioner dari Trenggalek ini kelebihannya adalah menyuguhkan cerita-cerita khas pesantren yang disajikan dengan bahasa sederhana yang bisa dipahami oleh siapa saja. Selain itu ada banyak cerita yang belum pernah terungkap ke publik, tetapi di buku ini ada. Adapun kekurangan buku ini ada beberapa typo dalam penulisan. Namun demikian kesalahan tersebut tidak substansial sehingga tidak mengganggu isi buku.

Previous Post
Next Post

0 komentar: